You are currently viewing Surabaya dan Budaya Lokalnya: Menyelami Warisan Kota Pahlawan yang Kaya Tradisi

Surabaya dan Budaya Lokalnya: Menyelami Warisan Kota Pahlawan yang Kaya Tradisi

Surabaya dan budaya lokalnya merupakan kombinasi yang tak terpisahkan dari identitas Kota Pahlawan. Di balik gemerlap modernisasi dan gedung-gedung pencakar langit, Surabaya tetap mempertahankan kekayaan budaya yang hidup dalam kehidupan sehari-hari warganya. Dari bahasa, makanan, hingga kesenian, budaya lokal Surabaya menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan dan pelajar budaya.

Artikel ini akan membawa Anda menyelami kekayaan budaya lokal Surabaya dari berbagai sisi: sejarah, tradisi lisan, kuliner khas, hingga tantangan pelestariannya di era digital. Simak ulasan lengkapnya!


1. Sekilas Tentang Surabaya

Surabaya merupakan ibu kota Provinsi Jawa Timur dan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Julukan “Kota Pahlawan” melekat kuat karena peran historisnya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, khususnya pada peristiwa 10 November 1945.

Namun, selain dikenal sebagai kota perjuangan, Surabaya juga memiliki kekayaan budaya yang terbentuk dari interaksi berbagai etnis dan budaya — mulai dari Jawa, Madura, Tionghoa, Arab, hingga Eropa. Perpaduan inilah yang membentuk budaya lokal Surabaya yang unik dan beragam.


2. Bahasa dan Ungkapan Khas Surabaya

Salah satu hal paling mencolok dari budaya lokal Surabaya adalah gaya berbicaranya yang ceplas-ceplos, lugas, dan penuh semangat. Bahasa Jawa yang digunakan cenderung kasar jika dibandingkan dengan wilayah Jawa Tengah atau Yogyakarta, tetapi bukan berarti tidak sopan — justru mencerminkan keberanian dan ketegasan.

Beberapa ungkapan khas Surabaya yang populer antara lain:

  • “Jancuk”: meski terdengar kasar, kata ini memiliki berbagai makna tergantung konteksnya — bisa ekspresi heran, marah, atau bahkan akrab.
  • “Cak” dan “Ning”: sapaan khas untuk pria dan wanita, menunjukkan kedekatan dan identitas lokal.
  • “Arek Suroboyo”: sebutan untuk anak muda asli Surabaya, sering kali digunakan dengan bangga.

3. Kesenian Tradisional Khas Surabaya

a. Ludruk

Ludruk adalah seni pertunjukan teater tradisional yang berasal dari Surabaya. Berbeda dengan ketoprak atau wayang orang dari Jawa Tengah, ludruk dibawakan dalam bahasa Jawa khas Surabaya, dengan cerita yang sering kali mengangkat kehidupan rakyat biasa. Ciri khas ludruk adalah pembukaan berupa tarian remo, kemudian disusul oleh lawakan dan cerita utama yang penuh pesan moral dan sindiran sosial.

b. Remo

Tari remo adalah tarian pembuka dalam pertunjukan ludruk yang biasanya dibawakan oleh laki-laki. Gerakannya lincah, ekspresif, dan menggambarkan keberanian seorang pahlawan. Kini, tari remo juga sering ditampilkan di acara-acara resmi pemerintahan atau penyambutan tamu kenegaraan.


4. Kuliner Khas Surabaya

Budaya lokal Surabaya juga tercermin kuat dalam kulinernya. Berbagai makanan khas Surabaya mencerminkan perpaduan budaya yang membentuk kota ini.

Beberapa makanan ikonik dari Surabaya antara lain:

  • Rawon: sup daging dengan kuah hitam pekat dari kluwek, disajikan dengan nasi dan sambal. Rawon dikenal sebagai makanan khas Surabaya yang sangat mendunia.
  • Rujak cingur: makanan dari irisan buah, sayur, dan potongan mulut sapi (cingur), disiram bumbu petis khas.
  • Lontong balap: berisi lontong, tauge, tahu goreng, lentho (perkedel kacang), dan kuah gurih, disajikan dengan sambal dan kecap.
  • Sate klopo: sate daging yang dibalur parutan kelapa dan dibakar, biasanya dinikmati bersama nasi atau lontong.

Kekhasan cita rasa dan penggunaan bumbu lokal membuat kuliner Surabaya menjadi warisan budaya yang tak ternilai.


5. Perayaan dan Tradisi Masyarakat Surabaya

Beberapa tradisi dan perayaan budaya juga masih dilestarikan oleh masyarakat Surabaya:

a. Festival Rujak Uleg

Festival ini diadakan setiap tahun di Jalan Kembang Jepun. Ribuan orang bersama-sama mengulek rujak cingur dalam satu acara kolosal. Tradisi ini menunjukkan kebersamaan warga sekaligus menjadi atraksi budaya yang menarik wisatawan.

b. Larung Sesaji Pantai Kenjeran

Tradisi melarung sesaji ke laut dilakukan oleh masyarakat pesisir, sebagai bentuk syukur kepada Tuhan dan penghormatan terhadap laut. Kegiatan ini penuh nuansa spiritual dan menyatukan berbagai unsur budaya.


6. Keberagaman Budaya di Kampung-Kampung Tematik

Pemerintah Kota Surabaya gencar membangun kampung-kampung tematik berbasis budaya, seperti:

  • Kampung Arab di Ampel: kawasan dengan nuansa Timur Tengah, lengkap dengan masjid, pasar, dan makanan khas Arab.
  • Kampung Pecinan Kembang Jepun: daerah dengan pengaruh budaya Tionghoa yang kuat, termasuk bangunan tua dan kuil.
  • Kampung Lawas Maspati: kampung yang tetap menjaga nuansa tempo dulu dengan rumah-rumah berarsitektur kolonial.

Kampung-kampung ini menjadi bentuk pelestarian budaya sekaligus destinasi edukatif yang menarik.


7. Tantangan Pelestarian Budaya Lokal Surabaya

Meski kekayaan budaya lokal Surabaya sangat melimpah, tantangan tetap ada, antara lain:

  • Globalisasi dan budaya populer: Generasi muda lebih terpapar budaya asing melalui media sosial dan streaming platform, yang membuat budaya lokal kalah pamor.
  • Kurangnya dokumentasi digital: Banyak tradisi dan seni lokal yang belum terdokumentasi secara baik dalam bentuk digital untuk edukasi atau promosi.
  • Modernisasi ruang kota: Alih fungsi lahan budaya menjadi kawasan komersial atau perumahan menggerus ruang-ruang interaksi budaya.

Solusi yang bisa diterapkan adalah dengan memasukkan budaya lokal dalam kurikulum sekolah, mengadakan event rutin berbasis budaya, dan melakukan digitalisasi warisan budaya.


8. Peran Generasi Muda dan Teknologi

Generasi muda memiliki peran vital dalam menjaga budaya lokal. Dengan memanfaatkan teknologi seperti media sosial, blog, dan YouTube, mereka bisa menjadi duta budaya yang mempopulerkan kembali seni ludruk, bahasa khas Surabaya, atau kuliner tradisional secara global.

Contoh nyata adalah beberapa konten kreator asal Surabaya yang membuat vlog kuliner, sejarah kampung tematik, atau membuat konten humor dengan bahasa khas Suroboyoan.


9. Potensi Budaya Lokal sebagai Daya Tarik Wisata

Surabaya bukan hanya kota bisnis dan industri, tetapi juga kota budaya. Jika dikelola dengan baik, budaya lokal Surabaya bisa menjadi daya tarik wisata budaya yang berkelanjutan, seperti:

  • Paket wisata kampung tematik
  • Wisata sejarah perjuangan dan museum
  • Wisata kuliner otentik
  • Festival budaya tahunan

Dengan promosi yang kuat melalui strategi digital marketing dan SEO, potensi ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi kreatif lokal.


Kesimpulan: Budaya Lokal adalah Identitas yang Harus Dijaga

Surabaya dan budaya lokalnya adalah harta karun yang tak ternilai. Di tengah arus modernisasi dan tantangan globalisasi, menjaga budaya lokal bukan sekadar nostalgia, tetapi juga bentuk menjaga jati diri bangsa. Generasi muda, pemerintah, dan seluruh elemen masyarakat memiliki peran untuk terus menghidupkan dan mempromosikan kekayaan budaya ini.

Melalui kolaborasi lintas sektor dan strategi digital yang tepat, Surabaya dan budaya lokalnya akan terus bersinar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di mata dunia.

Leave a Reply